A. PENGERTIAN
REMAJA
Istilah remaja berasal
dari kata latin adolescere (kata bendanya adoloscentia yang
berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Kata tersebut
mengandung aneka kesan, ada yang berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang
potensinya dapat dimanfaatkan dan kelompok yang bertanggung jawab terhadap
bangsa dalam masa depan. Masa remaja merupakan masa perkembangan menuju
kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional. Masa remaja kadang
panjang kadang pendek tergantung lingkungan dan budaya di mana remaja itu
hidup.
Kehidupan remaja itu
sendiri merupakan salah satu fase perkembangan dari diri manusia. Fase ini
adalah masa transisi dari masa kanak-kanak dalam menggapai kedewasaan. Disebut
masa transisi karena terjadi saling pengaruh antara aspek jiwa dengan aspek
yang lain, yang kesumuanya akan mempengaruhi keadaan kehidupan remaja.[1]
Neidahart menyatakan
bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan
pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk
mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank bahwa
masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan
tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat mengatakan masa remaja
adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya
kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.[2]
B. PERKEMBANGAN
FISIK DAN PSIKIS PADA MASA REMAJA
Perkembangan fisik
pada remaja mengalami perkembangan dengan cepat lebih cepat dibandingkan dengan
masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan fisik mereka terlihat jelas pada
tungkai kaki dan tangan, otot-otot tubuh bekembang pesat sehingga kelihatan
bertubuh tinggi tetapi kepalanya masih mirip anak-anak.
Segala fungsi jasmaniah
pada fase ini mulai atau telah dapat bekerja. Kekuatan jasmani mereka dapat
dianggap sama dengan orang dewasa. Demikian pula, segi seks. Mereka telah mampu
berketurunan. Pertumbuhan jasmani dari luar dan dalam (kelenjar) yang telah
matang itu akan mengakibatkan timbulnya dorongan-dorongan seks, yang perlu
mendapat perhatian. Dorongan yang bersifat biologis tersebut menimbulkan
kegoncangan emosi, yang selanjutnya membawa berbagai tindakan, kelakuan, atau
sikap yang menjurus ke arah pemuasan dorongan tersebut.[3]
Pada pria akan nampak
hal-hal seperti: (a) timbulnya rambut di daerah alat kelamin ‘public hair’;
(b) timbulnya rambut di ketiak ‘axillary hair’ seringkali tumbuh
rambut di lengan, kaki dan dada; (c) kulit menjadi lebih kasar; (d) kelenjar
yang menghasilkan lemak di kulit ‘sebacious’ menjadi aktif sehingga
timbul banyak ‘kukul’ jerawat; (e) kelenjar keringat bertambah besar
dan aktif sehingga banyak keringat keluar; (f) otot tubuh, kaki dan tangan
membesar; (g) timbulnya perubahan suara pada umur kurang lebih 13 tahun suara
mulai membesar.[4]
Sedangkan pada wanita
akan nampak hal sebagai berikut: (a) Perkembangan pinggul yang membesar dan
menjadi bulat disebabkan oleh membesarnya tulang pinggul ‘pelvis’; (b)
perkembangan buah dada; (c) timbulnya rambut di daerah kelamin; (d) timbulnya
rambut di ketiak; (e) kelenjar sebaceous menjadi lebih besar dan aktif yang
menyebabkan timbulnya jerawat; (f) kelenjar keringat menjadi lebih aktif; (g)
tumbuhnya rambut di lengan dan kaki.[5]
Dalam aspek psikis,
pada usia ini pribadi mereka masih mengalami kegoncangan dan ketidak pastian.
Perhatian lawan jenis sangat diharapkan, apabila tidak mendapatkan perhatian
dari lawan jenis maka terkadang akan merasa sedih, menyendiri, atau akan
mencoba untuk melakukan hal-hal yang menarik perhatian. Bahkan kadang-kadang
ada yang mengalami kegoncangan jiwa dengan bermacam-macam gejala.[6]
Pada umur ini, mereka
merasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi remaja. Mereka akan merasa
sedih, apabila diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat dan teman-temannya.
Karena itu, mereka tidak mau ketinggalan mode atau kebiasaan teman-temannya.
Kadang-kadang mereka juga marah kepada orang tuanya apabila mereka mencoba
membatasi mereka. Mereka juga sering marah pabila ditegur, dikritik, atau
dimarahi di depan teman-temannya karena takut akan kehilangan penghargaan
dirinya.[7]
C. PERKEMBANGAN
AGAMA PADA MASA REMAJA
Masa remaja merupakan
masa pencapaian identitas, bahkan bisa dikatakan perjuangan pokok pada masa
remaja adalah antara identitas dan kekacauan peran. Pada waktu orang remaja
menemukan siapa dirinya yang sebenarnya atau identitasdiri, tumbuhlah kemampuan
untuk mengikat kesetiaan kepada suatu pandangan atau ideologi.[8]
Pada usia remaja,
sering kali kita melihat mereka mengalami kegoncangan
atau ketidakstabilan dalam beragama. Misalnya, mereka kadang-kadang
sangat tekun sekali menjalankan ibadah, tetapi pada waktu lain enggan
melaksanakannya. Bahkan menunjukkan sekiap seolah-olah anti agama. Hal tersebut
karena perkembangan jasmani dan rohani yang yang terjadi pada masa remaja turut
mempengaruhi perkembangan agamannya. Dengan pengertian bahwa penghayatan
terhadap ajaran dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak
berkaitan dengan faktor perkembangan jasmani dan mereka.[9]
Zakiah Daradjat,
Starbuch, William James, sependapat bahwa pada garis
besarnya perkembanganpenghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga
tahapan yang secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda.
Adapun penghayatan keagamaan
remaja adalah sebagai berikut:
1. Masa
awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan sebagai
berikut:
Pertama; Sikap negative
(meskipun tidak selalu terang-terangan) disebabkan alam pikirannya yang kritis
melihat kenyataan orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura) yang
pengakuan dan ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatannya. Mereka
meragukan agama bukan karena ingin manjadi agnostik atau atheis, melainkan
karena ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan
mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.
Kedua; Pandangan dalam hal
ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai
konsep dan pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak cocok atau
bertentangan satu sama lain.
Ketiga; Penghayatan
rohaniahnya cenderung skeptic (diliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang
enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan
kepatuhan.
2. Masa
remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikyut ini:
Pertama; Sikap kembali, pada
umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama
dapat menjadi pegangan hidupnya menjelanh dewasa.
Kedua; Pandangan dalam hal ke-Tuhanan
dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
Ketiga; Penghayatan
rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja
ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan manusia
penganutnya, yang baik shalih) dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat
berbagai aliran paham dan jenis keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya
diterima sebagai kenyataan yang hidup didunia ini.[10]
Kehidupan keagamaan
mempunyai beberapa sisi, hal ini kemudian disebut sebagai dimensi rasa
keagamaan Verbit 1970 mengemukakan enam dimensi rasa agama, yaitu doctrine,
ritual, emotion, knowledge, ethic, dan community.[11]
1. Perkembangan
dimensi Doctrine
Doctrine adalah
pernyataan tentang hubungan dengan tuhan, oleh Stark dan Glock disebut
dimensi beliefyaitu keyakinan tentang ajaran ajaran agama.
Perkembangan dimensi agama pada usia remaja bersifat abstrak, yang merupakan
penilaian diri secara abstrak tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tuhan.
Pemahaman agama pada masa remaja bisa merupakan kelanjutan dari apa yang
diperoleh pada usia kanak-kanan, bisa juga merupakan hal baru yang diterima
oleh remaja. Tetapi dari segi cara pandang remaja terhadap kebenaran berkaitan
dengan tuhan atau kebenaran agama berbeda dengan masa sebelumnya.
2. Perkembangan
dimensi Ritual
Ritual adalah dimensi
rasa keagamaan yang berkaitan dengan perilaku peribadatan yang menunjukkan
pernyataan tentang keyakinan diri terhadap tuhan dan ajarannya. Pada masa
remaja, tujuan dan sifat peribadatan sudah bersifat abstrak dan umum, serta
sudah mulai terdapat dorongan dari dalam diri. Intensitas dan kualitas
peribadatan remaja ini sangat dipengaruhi oleh pembiasaan ritual yang sudah ia
terima semasa kanak kanak dan juga peristiwa peristiwa kejiwaan yang sedang
dialaminya.
3. Perkembangan
Emotion keagamaan
Perkembangan dimensi emosi (emotion)
keagamaan remaja banyak dipengaruhi oleh perkembangan emosi pada umumnya.
Situasi emosi remaja banyak dipengaruhi oleh perasaan perasaan yang baru
diantaranya rasa khawatir (anxiety) yang muncul karena proses menuju
kemandirian, raa kebingungan (confusion and conflict) antara nilai dan realita
yang ada di lingkungan sekitarnya, juga timbulnya perasaan cinta terhada lawan
jenisnya. Kesensitifan emosi remaja disebabkan karena dalam diri mereka muncul
sikap yang wajar menurut orang dewasa.
4. Perkembangan
pengetahuan keagamaan
Perkembangan
pengetahuan keagamaan berkaitan dengan keterlibatan diri terhadap pemilikan
pengetahuan yang meliputi semua aspek keagamaan.perkembangan intelektual remaja
merupakan fase formal operation. Unsur pokok
pemikirannya adalah pemikiran deduktif, induktif, dan abstraktif. Mereka
memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan reasoning dan logika. Pemikiran
keagamaan yang tertanam pada usia anak yang akan muncul lagi dengan disertai
daya kritik dan evaluasi terhadap pemikiran tersebut.
5. Etik
keagamaan
Perkembangan etika
keagamaan erat hubungan dengan perkembangan moral, yaitu aspek jiwa yang
berkaitan dengan dorongan untuk berperilaku sesuai dengan aturan moral di
lingkungannya. Perkembangan moral pada usia remaja disebut fase autonomy, yaitu
fase ketika orientasi moral didasarkan pada prinsip prinsip aturan yang telah
terinternalisasikan dalam hati nurani melalui otoritas eksternal dan orientasi
sosial.
6. Perkembangan
orientasi sosial keagamaan
Kelompok kawan sebaya merupakan faktor
pemberi pengaruh yang cukup kuat terhadap perkembangan remaja, karena kelompok
kawansebayanya merupakan media pengembangan dorongan kemandiriannya Kelompok
teman sebaya seagama akan menjadi sumber proses pengayaan konsep keagamaan
remaja melalui proses aplikasi perilaku dan juga menumbuhkan rasa kepedulian
sosial keagamaan, sebagai dorongan diri yang diperlukan untuk dasar aplikasi
ajaran agam tentang ikatan social kemasyarakatan.[12]
D. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA REMAJA
Perkembangan rasa
keamaan pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh tumbuhnya hati nurani
keagamaan, baik kualitasnya pada akhir usia anak maupun perkembangan pada usia
remaja. Hati nurani yang sudah tumbuh kuat pada akhir masa anak-anak akan akan
memudahkan perkembangan rasa keagamaan pada masa remaja.
Faktor consience atau
hati nurani ini mempunyai padanan kata superego, inner light dan
inner policemen.[13] Pada
masa remaja, anak masuk ke dalam tahap pendewasaan, dimana hati nurani
(conscience) sudah mulai berkembang melalui pengembangan dan pengayaan pada
usia anak melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi nilai tersebut
terlaksana melalui proses identifikasi anak terhadap perilaku orang tuanya dan
juga orang orang di sekelilingnya yang memiliki kesan dominan secara kejiwaan,
sehingga terjadi proses imitasi sikap dan perilaku. Kekuatan dari kata hati
sebagiannya justru terletak pada ketidak mengertian anak, karena dengan begitu
konsep nilai yang masuk dalam diri anak terbentuk melalui proses tanpa tanya,
begitu saja terserap tanpa adanya reaksi dari dalam.
Proses kerja hati
nurani dibantu oleh gejala jiwa yang lain yang disebut rasa bersalah (guilt)
dan rasa malu (shame), yang akan muncul setiap kali ia melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hati nuraninya. Clark menyatakan bahwa kapasitas untuk
memiliki kata hati adalah merupakan potensi bawaan bagi setiap manusia, tetapi
substansi dari kata hati merupakan hasil dari proses belajar.
Rasa bersalah (guilt)
adalah perasaan yang tumbuh jika dirinya tidak melakukan sesuatu sesuai dengan
hati nuraninya. Beriringan dengan itu kemudian muncul rasa rasa malu (shame),
yaitu reaksi emosi yang tidak menyenangkan terhadap perkiraan penilaian negatif
dari orang lain terhadap dirinya. Kata hati, rasa bersalah dan rasa malu dalam
perkembangan religiousitas adalah mekanisme jiwa yang terbentuk melalui proses
internalisasi nilai nilai keagamaan pada usia anak, yang akan berfungsi sebagai
pengontrol perilaku pada usia remaja.
Hati nurani mulai
mengambil peran pada masa remaja yang juga membantu dalm proses pemilikan
pandangan hidup yang akan menjadi dasar dasar pegangan hidupnya dalam
bermasyarakat.
Menurut W. Stabuck,
pertumbuhan dan perkembangan agama dan tindak lanjut keagamaan remaja sangat
berkaitan dengan:
1. Pertumbuhan
dan Pikiran Mental
Pertumbuhan kognitif memberi kemungkinan
terjadi perpindahan/transisi dari agama yang lahiriyah menuju agma yang
batiniah. Perkembangan kognitif memberi kemungkinan remaja untuk meninggalkan
agama anak-anak yang diperoleh dari lingkungan dan mulai memikirkan konsep
serta bergerak menuju agama “iman” yang sifatnya sungguh-sungguh personal.
2. Perasaaan
Beragama
Masa remaja adalah masa bergejolaknya
bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi
ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja.
Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama. Perasaan remaja pada agama
adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi
sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang.
3. Pertimbangan
Sosial
Dalam kehidupan keagamaan, remaja
cenderung dihadapkan pada konflik antara pertimbangan moral dan materil.
Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi
ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan
sosialnya.[14]
4. Perkembangan
Moral
Pertumbuhan dan perkembangan moral
terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang ditanamkan sejak
kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan
pada usia remaja.
2.1
Pengertian Remaja
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Bisa juga didefinisikan masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa dan perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang satu sama lain bertentangan sehingga remaja menjadi terombang-ambing antara berbagai gejolak emosi yang saling bertentangan.
Pengertian remaja menurut pendidikan adalah periode peralihan dari masa siswa ke masa dewasa. Sedangkan pengertian remaja menurut psikolog adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa.
Adapula yang mendefinisikan bahwa remaja yaitu tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam itu, membawa pengaruh terhadap remaja dalam sikap, prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Bisa juga didefinisikan masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa dan perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang satu sama lain bertentangan sehingga remaja menjadi terombang-ambing antara berbagai gejolak emosi yang saling bertentangan.
Pengertian remaja menurut pendidikan adalah periode peralihan dari masa siswa ke masa dewasa. Sedangkan pengertian remaja menurut psikolog adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa.
Adapula yang mendefinisikan bahwa remaja yaitu tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam itu, membawa pengaruh terhadap remaja dalam sikap, prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.
2.2
Perkembangan Agama Pada Masa Remaja I
Setelah
si anak melalui umur 12 tahun, berpindah ia dari masa kanak-kanak yang terkenal
tenang, tidak banyak debat dan soal. Mereka memasuki masa goncang, karena
pertumbuhan cepat di segala bidang terjadi. Kepercayaan kepada agama yang
telah bertumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan
karena ia kecewa pada dirinya sendiri. Maka kepercayaan remaja terhadap Tuhan
kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang
yang terlihat
pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin kadang juga malas. Perasaannya terhadap Tuhan tergantung kepada perubahan emosi yang sedang dialaminya. Terkadang ia sangat membutuhkan Tuhan ketika ia menghadapi bahaya, takut akan gagal atau merasa berdosa. Tapi terkadang pula ia merasa tidak membutuhkan Tuhan karena ia merasa sedang senang, riang dan gembira.
Hendaknya guru agama memahami keadaan anak yang sedang mengalami kegoncangan perasaan akibat pertumbuhan yang berjalan sangat cepat. Guru agama dapat memilihkan cara penyajian agama yang tepat bagi mereka sehingga kegoncangan perasaan yang dapat diatasi.
pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin kadang juga malas. Perasaannya terhadap Tuhan tergantung kepada perubahan emosi yang sedang dialaminya. Terkadang ia sangat membutuhkan Tuhan ketika ia menghadapi bahaya, takut akan gagal atau merasa berdosa. Tapi terkadang pula ia merasa tidak membutuhkan Tuhan karena ia merasa sedang senang, riang dan gembira.
Hendaknya guru agama memahami keadaan anak yang sedang mengalami kegoncangan perasaan akibat pertumbuhan yang berjalan sangat cepat. Guru agama dapat memilihkan cara penyajian agama yang tepat bagi mereka sehingga kegoncangan perasaan yang dapat diatasi.
Ciri-ciri
khas masa remaja awal ( 13- 17 tahun ), yaitu :
1. Status masa remaja dalam periode ini tidak tertentu.
Dalam periode ini status anak remaja dalam masyarakat boleh dikatakan tidak dapat ditentukan dan membingungkan. Pada suatu waktu ia diperlakukan seperti anak-anak, akan tetapi bilamana dia berkelakuan seperti anak-anak, dia mendapat teguran supaya bertindak sesuai dengan umurnya jangan seperti anak-anak.
2. Dalam masa ini anak remaja emosional
Emosi-emosi yang dialami anak-anak remaja antara lain adalah marah, takut cemas, rasa ingin tahu, iri hati, sedih, kasih sayang dan sebagainya.
3. Anak remaja dalam masa ini tidak stabil keadaannya
Dalam masa ini remaja sangat tidak stabil keadaannya. Kesedihan tiba-tiba berganti dengan kegembiraan, rasa percaya diri sendiri berganti dengan rasa meragukan diri sendiri. Kestabilannya ini juga nampak dalam hubungannya dengan masyarakat. Persahabatannya berganti-ganti terutama dengan teman dari lawan jenis sehingga dia belum dapat menentukan rencana untuk masa depan.
4. Anak-anak remaja mempunyai banyak masalah
Bagi anak remaja ia merasa memiliki banyak masalah karena dahulu di Masa Kanak-kanak dia selalu dibantu oleh orang tua dan guru dalam menyelesaikan persoalannya. Beberapa macam masalah yang dihadapi anak remaja ialah :
a. Masalah berhubungan dengan keadaan jasmaninya
b. Masalah berhubungan dengan kebebasannya
c. Masalah berhubungan dengan nilai-nilai
d. Masalah berhubungan dengan peranan wanita dan pria
e. Masalah berhubungan dengan hubungan anggota dari lawan jenis
f. Masalah behubungan dengan hubungan dalam masyarakat
g. Masalah berhubungan dengan jabatan
h. Masalah berhubungan dengan kemampuan
1. Status masa remaja dalam periode ini tidak tertentu.
Dalam periode ini status anak remaja dalam masyarakat boleh dikatakan tidak dapat ditentukan dan membingungkan. Pada suatu waktu ia diperlakukan seperti anak-anak, akan tetapi bilamana dia berkelakuan seperti anak-anak, dia mendapat teguran supaya bertindak sesuai dengan umurnya jangan seperti anak-anak.
2. Dalam masa ini anak remaja emosional
Emosi-emosi yang dialami anak-anak remaja antara lain adalah marah, takut cemas, rasa ingin tahu, iri hati, sedih, kasih sayang dan sebagainya.
3. Anak remaja dalam masa ini tidak stabil keadaannya
Dalam masa ini remaja sangat tidak stabil keadaannya. Kesedihan tiba-tiba berganti dengan kegembiraan, rasa percaya diri sendiri berganti dengan rasa meragukan diri sendiri. Kestabilannya ini juga nampak dalam hubungannya dengan masyarakat. Persahabatannya berganti-ganti terutama dengan teman dari lawan jenis sehingga dia belum dapat menentukan rencana untuk masa depan.
4. Anak-anak remaja mempunyai banyak masalah
Bagi anak remaja ia merasa memiliki banyak masalah karena dahulu di Masa Kanak-kanak dia selalu dibantu oleh orang tua dan guru dalam menyelesaikan persoalannya. Beberapa macam masalah yang dihadapi anak remaja ialah :
a. Masalah berhubungan dengan keadaan jasmaninya
b. Masalah berhubungan dengan kebebasannya
c. Masalah berhubungan dengan nilai-nilai
d. Masalah berhubungan dengan peranan wanita dan pria
e. Masalah berhubungan dengan hubungan anggota dari lawan jenis
f. Masalah behubungan dengan hubungan dalam masyarakat
g. Masalah berhubungan dengan jabatan
h. Masalah berhubungan dengan kemampuan
2.3 Perkembangan
Agama Pada Masa Remaja II
Masa remaja terakhir dapat dikatakan bahwa anak pada waktu itu dari segi jasmani dan kecerdasan telah mendekati kesempurnaan. Istilah agama dapat dikatakan telah mencapai tingkat baligh-berakal. Mereka mengharap atau menginginkan perhatian dan tanggapan orang lain, baik dari orang tua, guru maupun masyarakat ramai agar mereka dihargai dan diperlakukan seperti orang dewasa.
Remaja sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan kesempurnaan kepribadiannya maka mereka juga ingin mengembangkan agama. Caranya menerima dan menanggapi pendidikan agama jauh berbeda dari masa-masa sebelumnya. Mereka ingin agar agama menyelesaikan kegoncangan dan kepincangan yang terjadi dalam masyarakat.
Kecerdasan remaja telah sampai kepada menuntut agar ajaran agama yang dia terima itu masuk akal, dapat difahami dan dijelaskan secara ilmiah dan rasional. Ada hal-hal yang menggelisahkan remaja yaitu tampaknya perbedaan antara nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh agama dengan kelakuan orang dalam masyarakat.
Oleh karena itu, sebagai guru agama hendaknya dapat memahami betul-betul perkembangan jiwa agama yang sedang dilalui oleh remaja dan memilih metode yang cocok dalam pelaksanaan pendidikan agama.
Ciri-ciri khas dalam masa remaja akhir (17 -21 tahun ), yaitu :
1. Kestabilan bertambah
2. Lebih matang dalam cara menghadapi masalah
3. Ikut campur tangan dari orang dewasa berkurang
4. Ketenangan emosional bertambah
5. Pikiran realistis bertambah
6. Lebih banyak perhatian terhadap lambang-lambang kematangan
Masa remaja terakhir dapat dikatakan bahwa anak pada waktu itu dari segi jasmani dan kecerdasan telah mendekati kesempurnaan. Istilah agama dapat dikatakan telah mencapai tingkat baligh-berakal. Mereka mengharap atau menginginkan perhatian dan tanggapan orang lain, baik dari orang tua, guru maupun masyarakat ramai agar mereka dihargai dan diperlakukan seperti orang dewasa.
Remaja sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan kesempurnaan kepribadiannya maka mereka juga ingin mengembangkan agama. Caranya menerima dan menanggapi pendidikan agama jauh berbeda dari masa-masa sebelumnya. Mereka ingin agar agama menyelesaikan kegoncangan dan kepincangan yang terjadi dalam masyarakat.
Kecerdasan remaja telah sampai kepada menuntut agar ajaran agama yang dia terima itu masuk akal, dapat difahami dan dijelaskan secara ilmiah dan rasional. Ada hal-hal yang menggelisahkan remaja yaitu tampaknya perbedaan antara nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh agama dengan kelakuan orang dalam masyarakat.
Oleh karena itu, sebagai guru agama hendaknya dapat memahami betul-betul perkembangan jiwa agama yang sedang dilalui oleh remaja dan memilih metode yang cocok dalam pelaksanaan pendidikan agama.
Ciri-ciri khas dalam masa remaja akhir (17 -21 tahun ), yaitu :
1. Kestabilan bertambah
2. Lebih matang dalam cara menghadapi masalah
3. Ikut campur tangan dari orang dewasa berkurang
4. Ketenangan emosional bertambah
5. Pikiran realistis bertambah
6. Lebih banyak perhatian terhadap lambang-lambang kematangan
Perkembangan
emosi dalam masa remaja akhir
1. Marah
2. Takut dan cemas
3. Iri hati
4. Rasa menginginkan dengan sangat pada benda-benda milik anak atau orang lain
5. Rasa senang
6. Rasa sedih
7. Kasih saying
1. Marah
2. Takut dan cemas
3. Iri hati
4. Rasa menginginkan dengan sangat pada benda-benda milik anak atau orang lain
5. Rasa senang
6. Rasa sedih
7. Kasih saying
Perkembangan
Jiwa Beragama Pada Remaja
Dalam peta psikologi remaja terdapat tiga bagian:
1. Fase Pueral
Pada masa ini remaja tidak mau dikatakan anak- anak, tetapi juga tidak bersedia
dikatakan dewasa. Pada fase pertama ini merasa tidak tenang.
2. Fase Negative
Fase kedua ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, yang ditandai oleh sikap ragu-ragu, murung, suka melamun dan sebagainya.
3. Fase Pubertas
Masa ini yang dinamakan dengan Masa AdolesenDalam pembahasan ini , Luella Cole sebagaimana disitir kembali oleh Hanna Jumhanna Bastaman, membagi peta remaja menjadi empat bagian:1. Preadolescence : 11-13 tahun (perempuan) dan 13-15 tahun (laki- laki)2. Early Adolescence : 13-15 tahun (perempuan) dan 15-17 tahun (laki- laki)3. Middle Adolescence : 15-18 tahun (perempuan) dan 17-19 tahun (laki- laki)4. Late Adolescence : 18-21 tahun (perempuan) dan 19-21 tahun (laki- laki)
2.5 Perasaan Beragama Pada Remaja
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya. Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama sekali.
Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.
Motivasi Beragama Pada Remaja
Dalam peta psikologi remaja terdapat tiga bagian:
1. Fase Pueral
Pada masa ini remaja tidak mau dikatakan anak- anak, tetapi juga tidak bersedia
dikatakan dewasa. Pada fase pertama ini merasa tidak tenang.
2. Fase Negative
Fase kedua ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, yang ditandai oleh sikap ragu-ragu, murung, suka melamun dan sebagainya.
3. Fase Pubertas
Masa ini yang dinamakan dengan Masa AdolesenDalam pembahasan ini , Luella Cole sebagaimana disitir kembali oleh Hanna Jumhanna Bastaman, membagi peta remaja menjadi empat bagian:1. Preadolescence : 11-13 tahun (perempuan) dan 13-15 tahun (laki- laki)2. Early Adolescence : 13-15 tahun (perempuan) dan 15-17 tahun (laki- laki)3. Middle Adolescence : 15-18 tahun (perempuan) dan 17-19 tahun (laki- laki)4. Late Adolescence : 18-21 tahun (perempuan) dan 19-21 tahun (laki- laki)
2.5 Perasaan Beragama Pada Remaja
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya. Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama sekali.
Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.
Motivasi Beragama Pada Remaja
Menurut
Nico Syukur Dister Ofm, motifasi beragama dibagi menjadi empat motivasi, yaitu:
Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam
kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
2. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan
tata tertib masyarakat.
Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu
manusia atau intelek ingin tahu manusia.
Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan.
2.7 Pendidikan Agama Bagi Remaja
Remaja selalu menarik untuk didiskusikan oleh orang tua, guru, para ahli dan maupun remaja sendiri. Orang tua sering dibikin sibuk menghadapi anaknya yang remaja. Guru kadang gembira bila anak didiknya berprestasi, tetapi juga sering dibuat pusing menghadapi anak didiknya yang remaja mulai meremehkan peraturan dan disiplin sekolah, juga para ahli. Bahkan remaja sendiri merasa ada problem dengan dirinya sendiri: satu sisi sering dianggap dewasa tetapi masih sering dianggap sebagai anak ingusan.
Jika kita kaji rentang umur manusia, dapat kita kelompokkan menjadi empat: kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Kanak-kanak, sejak balita sampai usia sekitar 12 tahun.
Remaja adalah tahap umur setelah masa kanak-kanak berakhir, dan tahap peralihan tersebut disebut remaja. Dalam perundang-perundangan, usia remaja berkisar antara 13 sampai 17 tahun, seperti (1) seorang dianggap sah sebagai calon pemilih pada pemilu bilamana mereka telah berumur 17 tahun, (2) untuk memperoleh SIM seorang harus berumur paling sedikit 17 tahun, (3) apabila seorang melakukan tindak pidana melanggar hukum seperti mencuri, sedang usianya masih dibawah 17 tahun, jika dijatuhi hukuman, tidak dikurung atau dipenjara, tetapi dititipkan selama menjalani hukuman. Di dalam Al-Qur’an istilah remaja tidak ditemukan, yang ada adalah istilah alfiyatu dan fityatun yang artinya orang muda (QS. Al Kahfi: 10 dan 13). Terdapat pula kata baligh yang dikaitkan dengan mimpi (alhulm) yang menunjukkan bahwa seorang tidak kanak-kanak lagi (QS. An-Nur 58-59). Kata baligh dalam istilah hukum Islam digunakan untuk menentukan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam, Atau seorang bila telah aqil baligh, harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Dan, dalam perspektif psikologi, usia remaja berkisar anatara umur 13 sampai 21 tahun, sehingga usia 13 sampai 17 tahun disebut sebagai “remaja awal”, setelah itu sampai 21 tahun disebut “remaja akhir”.Dari berbagai pandangan tersebut, menunjukkan bahwa usia remaja adalah usia transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara fisik remaja sudah tampak dewasa, namun secara psikis belum dewasa sehingga sulit bergaul dengan kelompok dewasa atau, meski secara psikis masih kanak-kanak, namun sulit dan canggung bergaul dengan anak-anak, karena fisik mereka besar. Dilema psikologis ini sering menjadi dilema perilaku, akibatnya mencari pelarian dengan teman sebaya, yang bisa berimplikasi negatif seperti narkoba, geng remaja dan sebagainya. Disini, faktor pendidikan agama menjadi salah satu faktor penting dari sekian banyak faktor. Selain itu juga pendidikan agama dapat menjadi solusi problematika remaja
Pendidikan Agama adalah satu-satunya solusi dalam mengatasi problematika remaja saat ini. Pendidikan Agama mendidik para remaja pada seluruh aspek (kognitif, afektif, psikomotor), terutama aspek moralitas yang menjadi krisis terhadap kehidupan remaja. Prof Zakiyah derajat (ahli ilmu jiwa) memberikan pesan sehubungan dengan pembinaan dan pendidikan terhadap remaja harus menunjukkan sikap di antaranya:
1. Tunjukan pengertian dan perhatian terhadap mereka.
2. Bantulah remaja untuk mendapatkan rasa aman.
3. Timbulkan Pada remaja bahwa dia disayang
4. Hargai dan hormati mereka
5. Berilah remaja kebebasan dalam batas-batas tertentu (Kebebasan yang tidak melanggar norma-norma Agama)
Demikian juga Pendidikan Agama memberikan pembinaan yang lembut terhadap remaja, yang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan psikisnya. Sehingga mampu memberikan pembinaan yang baik, sesuai dengan perkembangannya. Pendidikan Agama ini bisa dilakukan oleh orang tua, guru baik di sekolah maupun di majelis ta’lim maupun para pendidik umumnya.
Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam
kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
2. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan
tata tertib masyarakat.
Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu
manusia atau intelek ingin tahu manusia.
Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan.
2.7 Pendidikan Agama Bagi Remaja
Remaja selalu menarik untuk didiskusikan oleh orang tua, guru, para ahli dan maupun remaja sendiri. Orang tua sering dibikin sibuk menghadapi anaknya yang remaja. Guru kadang gembira bila anak didiknya berprestasi, tetapi juga sering dibuat pusing menghadapi anak didiknya yang remaja mulai meremehkan peraturan dan disiplin sekolah, juga para ahli. Bahkan remaja sendiri merasa ada problem dengan dirinya sendiri: satu sisi sering dianggap dewasa tetapi masih sering dianggap sebagai anak ingusan.
Jika kita kaji rentang umur manusia, dapat kita kelompokkan menjadi empat: kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Kanak-kanak, sejak balita sampai usia sekitar 12 tahun.
Remaja adalah tahap umur setelah masa kanak-kanak berakhir, dan tahap peralihan tersebut disebut remaja. Dalam perundang-perundangan, usia remaja berkisar antara 13 sampai 17 tahun, seperti (1) seorang dianggap sah sebagai calon pemilih pada pemilu bilamana mereka telah berumur 17 tahun, (2) untuk memperoleh SIM seorang harus berumur paling sedikit 17 tahun, (3) apabila seorang melakukan tindak pidana melanggar hukum seperti mencuri, sedang usianya masih dibawah 17 tahun, jika dijatuhi hukuman, tidak dikurung atau dipenjara, tetapi dititipkan selama menjalani hukuman. Di dalam Al-Qur’an istilah remaja tidak ditemukan, yang ada adalah istilah alfiyatu dan fityatun yang artinya orang muda (QS. Al Kahfi: 10 dan 13). Terdapat pula kata baligh yang dikaitkan dengan mimpi (alhulm) yang menunjukkan bahwa seorang tidak kanak-kanak lagi (QS. An-Nur 58-59). Kata baligh dalam istilah hukum Islam digunakan untuk menentukan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam, Atau seorang bila telah aqil baligh, harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Dan, dalam perspektif psikologi, usia remaja berkisar anatara umur 13 sampai 21 tahun, sehingga usia 13 sampai 17 tahun disebut sebagai “remaja awal”, setelah itu sampai 21 tahun disebut “remaja akhir”.Dari berbagai pandangan tersebut, menunjukkan bahwa usia remaja adalah usia transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara fisik remaja sudah tampak dewasa, namun secara psikis belum dewasa sehingga sulit bergaul dengan kelompok dewasa atau, meski secara psikis masih kanak-kanak, namun sulit dan canggung bergaul dengan anak-anak, karena fisik mereka besar. Dilema psikologis ini sering menjadi dilema perilaku, akibatnya mencari pelarian dengan teman sebaya, yang bisa berimplikasi negatif seperti narkoba, geng remaja dan sebagainya. Disini, faktor pendidikan agama menjadi salah satu faktor penting dari sekian banyak faktor. Selain itu juga pendidikan agama dapat menjadi solusi problematika remaja
Pendidikan Agama adalah satu-satunya solusi dalam mengatasi problematika remaja saat ini. Pendidikan Agama mendidik para remaja pada seluruh aspek (kognitif, afektif, psikomotor), terutama aspek moralitas yang menjadi krisis terhadap kehidupan remaja. Prof Zakiyah derajat (ahli ilmu jiwa) memberikan pesan sehubungan dengan pembinaan dan pendidikan terhadap remaja harus menunjukkan sikap di antaranya:
1. Tunjukan pengertian dan perhatian terhadap mereka.
2. Bantulah remaja untuk mendapatkan rasa aman.
3. Timbulkan Pada remaja bahwa dia disayang
4. Hargai dan hormati mereka
5. Berilah remaja kebebasan dalam batas-batas tertentu (Kebebasan yang tidak melanggar norma-norma Agama)
Demikian juga Pendidikan Agama memberikan pembinaan yang lembut terhadap remaja, yang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan psikisnya. Sehingga mampu memberikan pembinaan yang baik, sesuai dengan perkembangannya. Pendidikan Agama ini bisa dilakukan oleh orang tua, guru baik di sekolah maupun di majelis ta’lim maupun para pendidik umumnya.
E. Faktor-Faktor Yang Mengindikasi Perkembangan Agama Pada Masa
Remaja
Perkembangan agama
pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya.
Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:
1.
Pertumbuhan pikiran dan mental
Ide dan dasar
keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak
begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul.
Menurut penelitian Allport, Gillesphy dan Young menunjukkan bahwa 85% remaja
Katolik Romawi tetap taat menganut ajaran agamanya, dan 40% remaja Protestan
tetap taat terhadap ajaran agamanya. Dari hasil ini dinyatakan bahwa agama yang
ajarannya bersifat konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk
tetap taat pada ajaran agamanya.
Sebaliknya agama yang
ajarannya kurang konservatif-dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang
perkembangan pikiran dan mental remaja sehingga mereka banyak meninggalkan
ajaran agamanya.
2.
Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan
telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial, etis dan estesis mendorong
remaja untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan
religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang
religius pula. Sebaliknya bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan
siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual.
3.
Perkembangan Sosial
Corak keagamaan para
remaja juga ditandai oleh adanya perkembangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan
mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat
bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi
kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk
bersikap materialis.
4.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral
para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi.
Tipe moral yang juga terlihat pada para remaja juga mencakupi:
a.
Self-directive, taat terhadap agama atau moral
berdasarkan pertimbangan pribadi.
b.
Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa
mengadakan kritik.
c.
Submissive, merasakan adanya keragauan
terhadap ajaran moral dan agama.
d.
Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran
agama dan moral.
e.
Deviant, menolak dasar dan hokum keagamaan serta
tatanan moral masyarakat.
5.
Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja
terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung
dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka
(besar kecil minatnya).
6.
Konflik dan Agama
Dari sampel yang
diambil W. Strabuck terhadap mahasiswa Middleburg College, tersimpul bahwa dari
remaja usia 11-26 tahun terdapat 53% dari 142 mahasiswa yang mengalami konflik
dan keraguan tentang ajaran agama yang mereka terima, cara penerapan, keadaan
lembaga keagamaan dan para pemuka agama. Hal yang serupa ketika diteliti
terhadap 95 mahasiswa, maka 75% diantaranya mengalami kasus yang serupa.[5]
F. Ciri-ciri Kesadaran
beragama Yang Menonjol Pada Masa Remaja
1.
Pengalaman ketuhanannya semakin bersifat individual
Remaja semakin
mengenal dirinya. Ia menemukan dirinya bukan hanya sekedar badan jasmaniah,
tetapi merupakan suatu kehidupan psikologis rohaniah berupa pribadi. Remaja
bersifat kritis terhadap dirinya sendiri dan segala sesuatu yang menjadi milik
pribadinya. Ia menemukan pribadinya terpisah dari pribadi-pribadi lain dan
terpisah pula dari alam sekitarnya.
Penemuan diri
pribadinya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa kesepian dan
rasa terpisah dari pribadi lainnya. Secara formal dapat menambah kedalaman alam
perasaan, akan tetapi sekaligus menjadi bertambah labil. Keadaan labil yang
menekan menyebabkan si remaja mencari ketentraman dan pegangan hidup.
Penghayatan kesepian, perasaan tidak berdaya menjadikan si remaja berpaling
kepada Tuhan sebagai satu-satunya pegangan hidup, pelindung dan penunjuk jalan
dalam goncangan psikologis yang dialaminya.
2.
Keimanannya semakin menuju realitas yang sebenarnya
Terarahnya perhatian
ke dunia dalam menimbulkan kecendrungan yang besar untuk merenungkan,
mengkritik, dan menilai diri sendiri. Intropeksi diri ini dapat menimbulkan
kesibukan untuk bertanya-tanya pada orang lain tentang dirinya mengenai
keimanan dan kehidupan agamanya.
Dengan
berkembangnya kemampuan berpikir secara abstrak, si remaja mampu pula menerima
dan memahami ajaran agama yang berhubungan dengan masalah ghaib, abstrak dan
rohaniah, seperti kehidupan alam kubur, hari kebangkitan dan lain-lain.
Penggambaran anthropormofik atau memanusiakan Tuhan dan sifat-sifatNya lambat
laun diganti dengan pemikiran yang lebih sesuai dengan realitas.
3.
Peribadatan mulai disertai penghayatan yang tulus
Agama adalah
pengalaman dan penghayatan dunia dalam seseorang tentang ketuhanan disertai
keimanan dan peribadatan.
Pada masa remaja
dimulai pembentukan dan perkembnagan suatu sistem moral pribadi sejalan dengan
pertumbuhan pengalaman keagamaan yang individual. Melalui kesadaran beragama
dan pengalaman keTuhanan akhirnya remaja akan menemukan Tuhannya yang berarti
menemukan kepribadiannya. Ia pun akan menemukan prinsip dan norma pegangan
hidup, hati nurani, serta makna dan tujuan hidupnya. Kesadaran beragamanya
menjadi otonom subjektif dan mandiri sehingga sikap dan tingkah lakunya
merupakan pencerminan keadaan dunia dalamnya, penampilan keimanan dan
kepribadian yang mantap.[6]
G. Sikap Remaja Dalam
Beragama
Terdapat empat sikap
remaja dalam beragama, yaitu:
1.
Percaya ikut-ikutan
Percaya ikut-ikutan
ini biasanya dihasilkan oleh pendidikan agama secara sederhana yang didapat
dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada
masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada
cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.
2.
Percaya dengan kesadaran
Semangat keagamaan
dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-masalah keagamaan yang mereka
miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang
baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan
saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18
tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:
a.
Dalam bentuk positif
Yaitu berusaha melihat
agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk
akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid’ah dan khurafat,
dari kekakuan dan kekolotan.
b.
Dalam bentuk negatif
Semangat keagamaan ini
akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi, yaitu kecendrungan remaja
untuk mengambil pengaruh dari luar ke dalam masalah-masalah keagamaan, seperti
bid’ah, khurafat dan kepercayaan-kepercayaan lainnya.
3.
Percaya, tetapi agak ragu-ragu
Keraguan kepercayaan
remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:
a.
Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam
pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.
b.
Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya
dengan apa ynag diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
4.
Tidak percaya atau cenderung atheis
Perkembangan ke arah
tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil.
Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orangtua,
maka ia telah memendam suatu tantangan terhadap kekuasaan orangtua, selanjutnya
terhadap kekuasaan apapun, termasuk kekuasaan tuhan.[7]
IV.
Kesimpulan
A.
Masa remaja merupakan masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak
menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa
kanak-kanak sebelum mencapai usia dewasa.
B.
Masa Remaja Awal (13-16)
Pada masa ini terjadi
perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi,
kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan, kepercayaan agama yang telah tumbuh pada
umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan.
Masa Remaja Akhir
(17-21)
Masa remaja terakhir
dapat dikatakan bahwa anak pada waktu itu dari segi jasmani dan kecerdasan
telah mendekati kesempurnaan. Remaja saat itu sedang berusaha untuk mencapai
peningkatan dan kesempurnaan pribadinya, maka mereka juga ingin mengembangkan
agama, mengikuti perkembangan dan alur jiwanya ynag sedang bertumbuh pesat itu.
C.
Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan
rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck
adalah:
1.
Pertumbuhan pikiran dan mental
2.
Perkembangan perasaan
3.
Perkembangan sosial
4.
Perkembangan moral
5.
Sikap dan minat
6.
Konflik dan agama
D.
Ciri-ciri kesadaran agama yang menonjol pada remaja yaitu:
1.
Pengalaman ketuhanannya semakin bersifat individual
2.
Keimanannya semakin menuju realitas yang sebenarnya
3.
Peribadatan mulai disertai penghayatan yang tulus
E.
Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
1.
Percaya ikut-ikutan
2.
Percaya dengan kesadaran
3.
Percaya tapi agak ragu-ragu
4.
Tidak percaya atau cenderung atheis